Tfd6TUOlGUM7TSWpGUY0GSY5TY==
  • Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh

Wamendikristek Khawatir Banyak Sarjana Pengangguran, Siapkan Strategi Khusus Bersama Kementerian Investasi

Kopdes KidangbangBadan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa lebih dari satu juta penganggur di Indonesia adalah lulusan sarjana (S1). Keadaan ini menimbulkan kekhawatiran Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Fauzan. Ia telah merancang strategi khusus untuk menghadapi masalah tersebut.

Fokus pada jumlah lulusan sarjana yang menganggur, disampaikan oleh Fauzan saat acara peluncuran Beasiswa Cendekia Baznas 2025 di Jakarta (4/8). Pada kesempatan tersebut, kuota beasiswa yang tersedia untuk mahasiswa dari keluarga miskin sebanyak 5.000 orang. Tempat kuliahnya berada di sekitar 180 kampus yang berada di bawah naungan Kemendiktisaintek dan Kementerian Agama (Kemenag).

Fauzan menyebutkan dua tantangan yang saat ini dihadapinya. Pertama, masalah jumlah pengangguran yang terdidik. Yakni pengangguran yang sebenarnya merupakan lulusan universitas. "Tingkat pengangguran masih tinggi. Kami sedang membahas solusinya bersama Kementerian Investasi," ujarnya.

Ia mengungkapkan bahwa ia sering kali berkunjung ke wilayah terluar, tertinggal, dan terdepan (3T). Di tempat tersebut, ia menemukan adanya fenomena banyak putra daerah yang tidak bisa diterima oleh industri setempat. Banyak perusahaan besar seperti tambang dan sejenisnya justru mempekerjakan orang dari luar daerah.

"Kami bersama Kementerian Investasi dan pemerintah daerah akan berupaya menyelesaikan masalah lama tersebut," katanya. Anak-anak daerah seharusnya memiliki kesempatan yang lebih besar untuk bekerja di perusahaan yang berada di wilayahnya.

Pada kesempatan tersebut, Fauzan juga menyampaikan isu mengenai angka partisipasi kasar (APK) pendidikan tinggi yang masih sekitar 31 persen. "Artinya banyak anak-anak berusia kuliah yang belum memperoleh pendidikan tinggi," ujarnya. Masalah utamanya adalah akses.

Fauzan berharap melalui beasiswa Cendekia Baznas dapat memperluas kesempatan pendidikan tinggi. Menurutnya, diperlukan kerja sama dari berbagai lembaga pemerintah, termasuk lembaga swasta, dalam membuka akses pendidikan tinggi. Salah satunya adalah dengan memberikan beasiswa. "Sudah ada KIP (Kartu Indonesia Pintar) Kuliah dari pemerintah," jelasnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Baznas Noor Achmad menyampaikan bahwa Beasiswa Cendekia adalah bentuk nyata zakat dalam memajukan kehidupan bangsa serta mendorong lahirnya pemimpin-pemimpin di masa depan. "Beasiswa Cendekia Baznas bukan hanya bantuan biaya pendidikan, melainkan investasi sumber daya manusia," tegasnya.

Ia menyampaikan melalui program beasiswa tersebut, zakat memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan nasional guna mewujudkan Indonesia Emas tahun 2045. Selain itu, hal ini juga sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto serta Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

Noor menyampaikan, mereka berkomitmen untuk memberikan pendampingan dan pembinaan yang terus-menerus kepada para penerima beasiswa. Tujuannya adalah agar mereka memiliki kemampuan akademik, spiritual, dan sosial yang memadai. “Beasiswa ini khusus untuk dalam negeri. Kami juga memiliki beasiswa untuk studi ke luar negeri," katanya. (*)

Wamendikristek Khawatir Banyak Sarjana Pengangguran, Siapkan Strategi Khusus Bersama Kementerian Investasi

0

0 Comments for "Wamendikristek Khawatir Banyak Sarjana Pengangguran, Siapkan Strategi Khusus Bersama Kementerian Investasi"