
Kopdes Kidangbang- Badan Bank Tanah (BBT) tidak hanya sekadar membagikan tanah dalam program reforma agraria. Di luar itu, BBT berupaya keras agar pemberian hak pengelolaan tanah benar-benar memberi kontribusi pada pertumbuhan ekonomi. Seperti yang dilakukan di Palu dengan melakukan rekayasa sosial untuk membawa kesejahteraan kepada petani kakao. Yaitu, BBT mencarikan bibit dan bahkan investor bagi para petani.
Sekretaris Badan Bank Tanah, Jarot Wahyu Wibowo, menyampaikan bahwa Sulawesi Tengah (Sulteng) adalah gudang kakao Indonesia. Dari total produksi nasional sebesar 641 ribu ton kakao, sekitar 146 ribu ton berasal dari Sulteng. "Masalah utamanya adalah kekurangan lahan, bibit, dan pemasaran. Ini menjadi tantangan bagi para petani," ujar Jarot Wahyu Wibowo pada Senin (4/8).
Oleh karena itu, BBT menyediakan lahan untuk pengembangan kakao. Selain itu juga menyusun rencana strategis pengembangan kakao. "Jadi lahan yang disiapkan berasal dari HGU yang telah berakhir masa berlakunya," jelasnya.
Berikut adalah beberapa variasi dari teks tersebut: 1. Selanjutnya, mendengar keluhan petani mengenai ketersediaan bibit kakao. BBT berupaya untuk mengunjungi Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP). "Kami akan melakukan MoU atau perjanjian kerja sama dalam menyediakan bibit kakao bagi para petani. Bank Tanah bekerja sama dengan BI Palu, Kementerian UMKM, dan Pemerintah Provinsi dalam membangun ekosistem rantai pasok coklat mulai dari hulu, seperti bibit, sarana, dan prasarana hingga di hilir melalui mitra investor," jelasnya. 2. Berikutnya, menanggapi keluhan petani tentang keterbatasan bibit kakao. BBT berusaha untuk menghubungi Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP). "Kami akan melakukan MoU atau kesepakatan bersama dalam penyediaan bibit kakao untuk petani. Bank Tanah bekerja sama dengan BI Palu, Kementerian UMKM, dan Pemerintah Daerah dalam menciptakan sistem rantai pasok coklat yang melibatkan hulu, seperti bibit, alat, dan infrastruktur hingga ke hilir melalui mitra investor," ujarnya. 3. Selanjutnya, mendengar keluhan petani terkait ketersediaan bibit kakao. BBT berupaya untuk menghadap ke Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP). "Kami akan menjalin MoU atau perjanjian kerja sama dalam menyediakan bibit kakao bagi petani. Bank Tanah bekerja sama dengan BI Palu, Kementerian UMKM, dan Pemerintah Provinsi dalam membangun ekosistem rantai pasok coklat dari hulu, termasuk bibit, sarana, dan prasarana hingga di hilir melalui mitra investor," katanya. 4. Setelah itu, mendengar keluhan petani tentang keterbatasan bibit kakao. BBT berusaha untuk mengunjungi Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP). "Kami akan membuat MoU atau kesepakatan bersama dalam pemasokan bibit kakao kepada petani. Bank Tanah bekerja sama dengan BI Palu, Kementerian UMKM, dan Pemerintah Provinsi dalam membentuk ekosistem rantai pasok coklat yang mencakup hulu, seperti bibit, alat, dan fasilitas hingga di hilir melalui mitra investor," ujarnya. 5. Berikutnya, menanggapi keluhan petani mengenai ketersediaan bibit kakao. BBT berusaha untuk menghadiri Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP). "Kami akan melakukan MoU atau perjanjian kerja sama dalam penyediaan bibit kakao bagi petani. Bank Tanah bekerja sama dengan BI Palu, Kementerian UMKM, dan Pemerintah Provinsi dalam membangun ekosistem rantai pasok coklat dari hulu, termasuk bibit, sarana, dan prasarana hingga di hilir melalui mitra investor," tambahnya.
Nah, masalah lain terkait pemasaran kakao. Ia menyatakan BBT juga memiliki tanggung jawab memastikan lahan digunakan secara optimal. "Tantangan yang kurangnya investor perlu diselesaikan, kami juga sedang mencari investor," jelasnya.
Ia menjelaskan, BBT tidak hanya menyediakan lahan, tetapi juga terlibat penuh sejak awal hingga akhir guna membangun industri kakao di Sulawesi Tengah agar mampu bersaing secara global. "Kami mengidentifikasi semua permasalahan dan mencari solusinya, sehingga Bank Tanah ini memastikan bahwa reforma agraria ini benar-benar memberdayakan masyarakat. Itu tugas utama kami," katanya.
Sementara itu, Deputi Bidang Usaha Menengah Kementerian UMKM Bagus Rachman menyampaikan bahwa kebijakan ini sebenarnya merupakan langkah untuk melakukan hilirisasi kakao di Sulawesi Tengah. "Kami berupaya meningkatkan produksi kakao nasional, denganpilot project di Sulteng," urainya. (idr)
0 Comments for "Bank Tanah Bantu Petani Kakao Dapatkan Lahan, Bibit, dan Investor"