Tfd6TUOlGUM7TSWpGUY0GSY5TY==
  • Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh

Kredit Perbankan RI Tembus Rp 8.059 Triliun, Didominasi Investasi Tambang

Kopdes Kidangbang- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan kinerja kredit di sektor perbankan Republik Indonesia (RI) mencapai Rp 8.059,79 triliun pada Juni 2025. Angka ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 7,7 persen secara tahunan atau year on year (yoy).

"Kredit meningkat sebesar 7,77 persen secara tahunan (yoy) menjadi mencapai Rp8.059,79 triliun," ujar Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Dian Ediana Rae dalam Konferensi Pers Rapat Dewan Komisioner Bulanan OJK yang diikuti secara virtual, Senin (4/8).

Selanjutnya, Dian menyampaikan bahwa berdasarkan jenis penggunaan, kredit investasi mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 12,53 persen. Berikutnya, kredit konsumsi tumbuh sebesar 8,49 persen, sementara kredit modal kerja meningkat sebesar 4,45 persen secara tahunan.

Dilihat dari segi kepemilikan, kredit dari bank umum swasta nasional domestik mengalami pertumbuhan terbesar, yaitu sebesar 10,78 persen secara year-on-year (yoy).

"Dari segi debitur, kredit korporasi meningkat sebesar 10,78 persen, sedangkan kredit UMKM naik sebesar 2,18 persen," katanya.

Di tengah upaya perbankan yang berfokus pada pemulihan kualitas kredit UMKM, jika dilihat dari sisi sektor ekonomi, penyaluran kredit ke beberapa sektor tersebut mengalami pertumbuhan tinggi secara tahunan hingga mencapai angka dua digit.

"Sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan sebesar 20,69 persen, sektor jasa tumbuh 19,17 persen, sektor transportasi serta komunikasi naik 17,94 persen, dan sektor listrik, gas, serta air meningkat sebesar 11,23 persen," ujar Dian.

Dian memastikan bahwa penurunan BI Rate juga diikuti dengan penurunan bunga bank. Dibandingkan tahun sebelumnya, rata-rata bunga kredit yang dihitung secara tertimbang tercatat turun 11 basis point menjadi 8,99 persen, terutama didorong oleh penurunan bunga kredit produktif.

Sementara itu, likuiditas sektor perbankan pada bulan Mei 2025 tetap cukup dengan rasio alat likuid terhadap non-core deposit atau AL/NCD, serta alat likuid dana pihak ketiga atau AL/DPK masing-masing mencapai 118,78 persen dan 27,05 persen, yang masih berada di atas ambang batas masing-masing yaitu 50 persen dan 10 persen.

Terdapat juga rasio ketersediaan likuiditas atau LCR yang berada pada tingkat 199,04 persen. Sementara itu, kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio NPL Gross sebesar 2,22 persen dan NPL Net sebesar 0,84 persen. Di sisi lain, Loan At Risk atau LAR mengalami penurunan hingga 9,73 persen, atau berada pada tingkat yang stabil seperti sebelum pandemi.

"Kekuatan sistem perbankan tetap terlihat dari modal yang dimiliki untuk rasio kesehatan modal yang berada pada tingkat tinggi sebesar 25,81 persen, menjadi benteng perlindungan yang kuat dalam menghadapi risiko menghadapi situasi ketidakpastian global," tutupnya.

Kredit Perbankan RI Tembus Rp 8.059 Triliun, Didominasi Investasi Tambang

0

0 Comments for "Kredit Perbankan RI Tembus Rp 8.059 Triliun, Didominasi Investasi Tambang"