
Kementerian ESDM dan PLN Lakukan Penyelarasan Data Terkait Pembangunan PLTS di 80.000 KPM
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) saat ini sedang melakukan penyelarasan data dengan PT PLN (Persero) terkait target pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan total kapasitas sebesar 100 gigawatt (GW) di 80.000 Koperasi Merah Putih (KPM). Hal ini dilakukan untuk memastikan konsistensi antara rencana pemerintah dan kebijakan perusahaan listrik negara.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, menjelaskan bahwa penyelarasan ini mencakup pencocokan target dari program dedieselisasi yang sedang dijalankan oleh PLN. Program dedieselisasi adalah proyek pengganti Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), yang bertujuan mengurangi ketergantungan pada energi fosil seperti diesel dan beralih ke energi baru terbarukan (EBT), salah satunya adalah PLTS.
"Kita baru saja menyinkronkan data dengan PLN. PLN memiliki program dedieselisasi, dan itu juga masuk dalam pembangunan PLTS. Jadi kita juga menghitungnya sebagai bagian dari target tersebut," ujar Eniya saat ditemui di kantor Kementerian ESDM, Senin (12/08/2025).
Eniya menambahkan bahwa Kementerian ESDM telah melakukan pertemuan dengan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemdiktisaintek RI) untuk membahas target pembangunan PLTS ini. Pertemuan ini dilakukan atas perintah Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, dan hingga saat ini sudah ada tiga kali pertemuan.
"Kemdiktisaintek juga bertugas untuk mengidentifikasi target PLTS tersebut," jelasnya.
Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyatakan bahwa pemasangan PLTS di 80.000 KPM adalah arahan langsung dari Presiden Prabowo Subianto. Ia menyebutkan bahwa saat ini pemerintah berkomitmen untuk membangun energi baru terbarukan dari tenaga matahari.
"Sekarang adalah arahan Bapak Presiden Prabowo, kita harus membangun listrik energi baru-terbarukan dari tenaga matahari. Ke depan, akan kita bangun kurang lebih sekitar 100 gigawatt," ungkap Bahlil dalam sambutannya di acara International Battery Summit (IBS) di Jakarta, Selasa (05/08).
Dalam dokumen yang disampaikan oleh Bahlil, biaya yang diprediksi akan dikeluarkan untuk pembiayaan PLTS ini adalah US$ 1 juta setiap indeks 1 megawatt. Dengan demikian, target 100 GW membutuhkan biaya sekitar US$ 100 miliar atau setara dengan Rp 1.269 triliun (asumsi kurs US$ 1 = Rp 16.292,3).
Pembangunan PLTS ini diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perekonomian dan lingkungan. Selain itu, proyek ini juga menjadi bagian dari upaya pemerintah dalam mendorong transisi energi menuju sumber daya yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Tujuan dan Langkah Kementerian ESDM dalam Pembangunan PLTS
Beberapa langkah strategis yang dilakukan oleh Kementerian ESDM antara lain:
- Penyelarasan data dengan PLN: Memastikan kesesuaian antara target pembangunan PLTS dan program dedieselisasi.
- Kolaborasi dengan Kemdiktisaintek RI: Melibatkan lembaga pendidikan dan penelitian untuk mengidentifikasi target dan potensi PLTS.
- Pemenuhan arahan presiden: Menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh Presiden Prabowo Subianto dalam membangun energi baru terbarukan.
Selain itu, Kementerian ESDM juga berencana untuk melibatkan berbagai stakeholder, termasuk swasta dan masyarakat, dalam pelaksanaan proyek ini. Dengan kerja sama yang kuat, diharapkan pembangunan PLTS dapat berjalan lancar dan memberikan manfaat yang nyata bagi masyarakat.
Dampak Ekonomi dan Lingkungan
Pembangunan PLTS di 80.000 KPM tidak hanya berdampak pada sektor energi, tetapi juga pada perekonomian dan lingkungan. Dengan menggunakan sumber daya alam yang terbarukan, pemerintah berupaya mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, sehingga mengurangi emisi karbon dan polusi udara.
Selain itu, proyek ini juga diharapkan dapat meningkatkan akses listrik di daerah-daerah terpencil, terutama di wilayah-wilayah yang belum memiliki infrastruktur listrik yang memadai. Dengan adanya PLTS, masyarakat bisa mendapatkan pasokan listrik yang stabil dan ramah lingkungan.
Tantangan dan Solusi
Meski memiliki potensi besar, pembangunan PLTS juga menghadapi beberapa tantangan, seperti ketersediaan lahan, biaya awal yang tinggi, dan kebutuhan teknologi yang canggih. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah berencana untuk memberikan insentif kepada pelaku usaha dan masyarakat yang ingin berpartisipasi dalam proyek ini.
Selain itu, Kementerian ESDM juga akan terus melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang manfaat serta cara penggunaan PLTS. Dengan peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif dari masyarakat, proyek ini diharapkan dapat berjalan secara optimal dan berkelanjutan.
0 Comments for "Pembangunan PLTS 100 GW di Kopdes Merah-Putih Harus Selaraskan dengan Data PLN"